Analisis Novel Wuthering Heights

Memahami Wuthering Heights

Diterjemahkan dari Sparknotes


Tema

Kehancuran Cinta yang Tak Pernah Berubah

Gairah cinta Catherine dan Heathcliff  kepada satu sama lain tampaknya menjadi pusat cerita Wuthering Heights, mengingat bahwa perasaan mereka lebih lama dan lebih kuat daripada perasaan pasangan lain dalam novel, dan perasaan mereka adalah sumber dari sebagian besar konflik yang menyusun alur cerita. Saat menceritakan kisah Catherine dan Heathcliff, Nelly mengkritik keduanya dengan keras, menganggap hasrat mereka tidak bermoral, tetapi jelas hasrat itu merupakan aspek yang paling menarik dan berkesan dalam novel.

Tidak mudah untuk memutuskan apakah  Bronte bermaksud mengarahkan pembaca untuk mengutuk kedua kekasih ini atau justru menjadikan mereka sosok pahlawan romantis yang cintanya melampaui norma-norma sosial dan moralitas konvensional. Novel ini sebenarnya disusun dari dua kisah cinta paralel, bagian pertama novel berpusat pada cinta antara Catherine dan Heathcliff, sedangkan bagian kedua yang kurang dramatis menampilkan cinta Catherine muda dan Hareton . Berbeda dengan yang pertama, kisah terakhir berakhir dengan bahagia, memulihkan kedamaian di Wuthering Heights dan Thrushcross Grange.

Perbedaan antara dua kisah cinta ini berkontribusi pada pemahaman pembaca tentang akhir dari setiap kisah itu. Ciri terpenting dari kisah cinta Catherine muda dan Hareton adalah bahwa kisah mereka melibatkan pertumbuhan dan perubahan. Di awal novel, Hareton tampak sangat brutal, biadab, dan buta huruf, tetapi seiring waktu ia menjadi teman setia Catherine muda dan belajar membaca. Saat Catherine muda pertama kali bertemu Hareton, dia tampak benar-benar asing bagi dunianya, namun sikap Catherine muda juga berkembang dari penghinaan menjadi cinta.

Cinta Catherine dan Heathcliff, di sisi lain, berakar dari masa kecil mereka dan ditandai dengan penolakan untuk berubah. Ketika memilih untuk menikah dengan Edgar, Catherine mencari kehidupan yang lebih nyaman, tetapi dia menolak untuk beradaptasi dengan perannya sebagai seorang istri, baik dengan mengorbankan Heathcliff maupun memilih Edgar. Dalam bab XII dia bercerita kepada Nelly bahwa masa-masa saat dia berusia dua belas tahun dan ayahnya meninggal, kehidupan begitu kosong baginya, dan dia rindu untuk kembali ke masa kecilnya. Heathcliff, pada bagiannya, tampak memiliki kekuatan super untuk mempertahankan kenangan dan dendam yang sama selama bertahun-tahun. Terlebih lagi, cinta Catherine dan Heathcliff tumbuh pada persepsi bersama bahwa mereka tak terpisahkan. Catherine menyatakan dengan lantang “Saya adalah Heathcliff, sementara Heathcliff, setelah kematian Catherine, meratap bahwa dia tidak bisa hidup tanpa “jiwanya”, yang berarti Catherine. Cinta mereka menyangkal perbedaan, dan anehnya juga aseksual. Keduanya tidak berciuman di sudut gelap atau berkencan rahasia, seperti yang dilakukan para pezina.

Mengingat bahwa cinta Catherine dan Heathcliff didasarkan pada penolakan mereka akan perubahan atau merangkul perbedaan dari orang lain, sudah sepatutnya masalah generasi mereka diperbaiki bukan oleh pembalikkan langsung, tetapi diatasi dengan berjalannya waktu, dan munculnya generasi yang baru dan berbeda. Pada akhirnya, Wuthering Heights menyajikan visi kehidupan sebagai sebuah proses perubahan, dan untuk merayakan proses ini berarti melawan intensitas romantis dari cerita karakter utamanya.

Kerentanan Kelas Sosial

Sebagai bagian dari golongan keluarga terpandang, keluarga Earnshaws dan keluarga Lintons memiliki tempat yang agak genting dalam hirarki masyarakat Inggris akhir abad kedelapan belas dan awal abad kesembilan belas. Di puncak hirarki adalah keluarga Kerajaan, diikuti oleh Aristokrasi/Bangsawan, kemudian keluarga terpandang, dan terakhir oleh kelas bawah, yang merupakan sebagian besar dari populasi Inggris. Meskipun keluarga terpandang atau kelas menengah ke atas, memiliki pelayan dan perkebunan yang luas, mereka memegang posisi sosial yang rapuh. Status sosial aristokrat lebih formal dan kuat, sebab aristokrat memiliki gelar yang resmi.

Golongan keluarga terpandang, bagaimanapun, tidak memiliki gelar, dan status mereka dapat berubah seketika. Seseorang mungkin melihat dirinya sebagai pria terhormat tetapi tetangganya bisa jadi tidak mengganggapnya demikian. Untuk disebut pria terhormat mereka harus dapat menjawab pertanyaan seberapa banyak tanah yang ia miliki, berapa banyak penyewa dan pelayan yang ia miliki, bagaimana dia berbicara, apakah dia memelihara kuda dan kereta, dan apakah uangnya berasal dari pertanian, atau perdagangan – pria terhormat tidak melakukan aktivitas perbankan dan komersial.

Pertimbangan status kelas sering sangat menentukan motivasi karakter di Wuthering Heights. Keputusan Catherine untuk menikahi Edgar agar dia menjadi “wanita terhebat di lingkungannnya” adalah salah satu contoh yang paling jelas. Keluarga Linton relatif kuat dengan status keluarga terpandang mereka tetapi tetap berusaha keras untuk membuktikan status ini melalui perilaku mereka. The Earnshawas, di sisi lain, berada di posisi sosial yang lebih rentan. Mereka tidak memiliki kereta, mereka memiliki hanya sedikit tanah, dan rumah mereka, seperti yang dikatakan Lockwood dengan penuh kebingungan, menyerupai rumah “petani utara yang sederhana” dan bukan rumah seorang pria terhormat. Sifat perubahan status sosial paling mencolok ditunjukkan dalam perjalanan Heathcliff dari gelandangan tunawisma menjadi pria muda yang diadopsi dan menjadi buruh biasa lalu kemudian menjadi pria terhormat (meski Lockwood yang mengetahui statusnya menyatakan bahwa letak pria terhormat Heathcliff hanyalah dalam “pakaian dan sopan santunnya”).

Gaya Tulisan

Gaya tulisan Wuthering Heights adalah puitis dan liris. Banyak kritikus mencatat bahwa penggunaan citra romantis dan dialog emosional Bronte dalam novel membangkitkan kenangan kita dengan karya sebelumnya dan posisinya sebagai penyair. Perasaan penuh gairah dan peristiwa kelam mengungkapkan intensitas emosional karakter dan keunikan dalam novel-novel zaman Victoria. Struktur Wuthering Heights juga sangat mempengaruhi gayanya. Novel ini pada dasarnya terdiri dari buku harian Lockwood, dan berisi ingatannya sendiri tentang sekumpulan peristiwa serta diceritakan kembali peristiwa yang berhubungan dengannya oleh Nelly. Ada juga beberapa ungkapan langsung dari karakter lain, seperti Catherine dan Heathcliff.

Dengan demikian, gaya Bronte berubah tergantung pada karakter mana yang berbicara. Misalnya, Heathcliff sering mengamuk dalam kalimat yang agresif dan pendek, seperti, “Apa maksudmu berbicara seperti itu kepadaku!... Beraninya kau, di bawah atapku.” Joseph, di sisi lain, berbicara dalam dialek Yorkshire, mewakili status pelayannya, “Jika ada pesanan baru- tepat ketika saya terbiasa dengan dua majikan, jika saya memiliki seorang nyonya yang mengatur kepala saya, ini seperti waktu untuk melayang.”

Konteks Sejarah

Tuan  Tanah dan Pelayan di Inggris Abad ke-19

Kerajaan dan Bangsawan mengandalkan tenaga kerja para pelayan untuk membuat hidup mereka lebih nyaman dan status sosial mereka tetap tinggi selama ratusan tahun. Pelayan adalah hal biasa di kalangan elit Inggris abad kesembilan belas; sebenarnya, pada pergantian abad kedua puluh, ada lebih banyak pelayan daripada pekerja pabrik di negara itu. Sementara keluarga Earnshaw dan Linton tidak memiliki gelar, seperti Duke atau Lord, mereka memiliki tanah dan rumah besar yang telah menjadi miliki keluarga selama beberapa generasi. Ketika Lockwood pertama kali mengunjungi Wuthering Heights, dia melihat “sejumlah ukiran aneh” dan tanggal “1500” di atas pintu depan, menunjukkan bahwa rumah dan keluarga ini memiliki garis keturunan yang panjang.

Karakter Nelly Dean dan Joseph mencerminkan hubungan dekat namun tidak setara antara keluarga kaya, pemilik tanah, dan pelayan yang mereka miliki. Ibu Nelly “mengasuh Hindley Earnshaw,” jadi Nelly tumbuh bersama keluarga itu. Dan ketika Cathy Earnshaw pindah ke Thrushcross Grange setelah menikah, Nelly memiliki “hanya satu pilihan, untuk melakukan apa yang diperintahkan” dan menemani majikannya. Pelayan terkadang diperlakukan seperti semacam properti, tetapi seperti yang diungkapkan Nelly, mereka juga sering kali berakhir mengetahui banyak hal tentang kehidupan intim keluarga tempat mereka bekerja.

Konteks Kesasteraan

Tokoh Byronik dan Sastra Gotik

Tokoh Byronik berasal dari puisi Lord Byron (1788-1824). Dalam puisi seperti Childe Harold’s PilgrimageThe Corsair, dan karyanya yang paling terkenal Don Juan. Tokoh protagonis Byron biasanya memiliki moralitas yang membingungkan, terisolasi, perenung, dan terlalu bersemangat. Tokoh utama Byron tidak berubah sepanjang puisinya tetapi mampu dipengaruhi oleh hubungannya dengan wanita dan keadaan waktu mereka. Setelah Byron, di era Sastra Victoria, karakteristik Byronik ini terus muncul dalam karya-karya penulis lain, termasuk dua contoh dalam novel gotik yang diterbitkan pada tahun 1847: Rochester, dalam Jane Eyre karya Charlotte Bronte dan Heathcliff dari Wuthering Heights karya Emily Bronte.

Baik Rochester dan Heathcliff memiliki karakteristik Byronic dari kerahasiaan dan keinginan mereka yang tidak terpenuhi. Rochester tergila-gila dengan Jane tetapi tidak dapat memenuhi hasratnya karena dia terikat pernikahan, sementara Heathcliff ditolak oleh Catherine untuk menikah. Perjuangan mereka dengan kekuasaan dan hubungan dengan institusi pernikahan juga menjadi ciri protagonis Byron. Kesamaan lain yang dimiliki Rochester dan Heathcliff dengan tokoh Byron adalah pembaca mendapatkan kesenangan dengan membaca tentang tindakan berlebih mereka dan penolakan yang mereka dapat dari tindakan tersebut. Ambiguitas moral ini merupakan karakteristik utama yang sama dimiliki oleh Byron dan sastra Gotik.


Comments

Popular posts from this blog

Analisis Novel Emma

Analisis Novel The Secret Garden

Analisis Novel Breakfast at Tiffany's