Analysis Novel The Great Gatsby
"Kamu bisa membeli uang tapi tidak dengan kelas dan status sosial"
MEMAHAMI THE GREAT GATSBY
Diterjemahkan
dari Sparknotes
TEMA
Tergerusnya
Impian Amerika pada Tahun 1920-an
Di permukaan teks, The Great Gatsby adalah tentang
kegagalan kisah cinta seorang pria dan seorang wanita. Namun, tema utama novel
mencakup lebih besar dari hal romansa tersebut. Maskipun kejadian dalam novel
terjadi hanya dalam beberapa bulan selama musim panas tahun 1922 dan bertempat
hanya sebatas wilayah Long Island, New York, The Great Gatsby adalah simbol meditasi bagi masyarakat Amerika
sepanjang tahun 1920an, khususnya mengenai disintegrasi impian Amerika di era
kemakmuran dan kelebihan kekayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Fitzgerald
menggambarkan tahun 1920an sebagai era kemerosotan nilai-nilai sosial dan
moral, yang dibuktikan dengan sinisme, keserakahan, dan pengejaran akan
kesenangan yang hampa/ kegembiraan tak bermakna yang mengacu pada pesta-pesta
dan musik jazz liar – dicontohkan dengan pesta-pesta mewah yang sering diadakan
oleh Gatsby setiap sabtu malam- akhirnya menghasilkan penghianatan impian
Amerika, karena hasrat yang tak terkendali akan uang dan kesenangan menjauhkan
dari tujuan sesungguhnya yang muliah.
Ketika Perang Dunia I
berakhir pada tahun 1918, generasi muda Amerika yang telah berperang menjadi
sangat kecewa, karena pembantaian brutal yang baru saja mereka hadapi membuat
moralitas sosial ala masyarakat Victoria tampak munafik dan hampa. Kebangkitan
pasar saham yang pesat setal perang menyebabkan peningkatan kekayaan nasional
yang tiba-tiba dan berkelanjutan dan gaya hidup materialisme baru pun
ditemukan, ketika orang-orang mulai membelanjakan dan mengkonsumsi pada tingkat
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seseorang dari latar belakang sosial
manapun berpotensi menghasilkan banyak uang, tetapi ariktokrasi Ameria –
keluarga kaya yang lama- mencemooh industrialis dan orang kaya baru. Selain
itu, pengesahan Amandemen Kedelapan Belas pada tahun 1919, yang melarang
penjualan alkohol, menciptakan pasar bawah tanah yang dibuat untuk memenuhi
permintaan besar-besaran akan minuman keras oplosan untuk orang-orang miskin.
Fitzgerald memposisikan
karakter The Great Gatsby sebagai
lambang dari kondisi sosial tersebut. NIck dan Gatsby, keduanya ikut dalam
pertempuran Perang Dunia I, menunjukkan kosmopolitanisme dan sinisme yang baru
sebagai hasil dari perang. Berbagai orang-orang pansos dan ambisius yang
menghadiri pesta-pesta Gatsby membuktikan perebutan kekayaan yang rakus.
Bentrokan antara “uang lama” dan “uang baru” termanifestasi secara simbolik
dalam novel: East Egg mewakili aristokrasi yang mapan, West Egg mewakili orang
kaya baru. Kekayaan Meyer Wolfsheim dan Gatsby melambangkan kebangkitan
kejahatan terorganisisr dan penyeludupan.
Seperti yang disaksikan
oleh Fitzgerald (dan sebagaiamana yang dijelaskan oleh Nick pada Chapter 9),
impian America awalnya dalah tentang pencarian, individualisme, dan pengejaran
akan kebahagiaan. Namun, pada tahun 1920an yang digambarkan dalam novel, uang
yang mudah didapat, dan niali-nilai sosial yang santai telah merusak mimpi ini,
terutama di East Coast. Alur cerita utama dalam novel mencerminkan penilaian
ini, sebagaiamana mimpi Gatsby dalam mencintai Daisy hancur oleh perbedaan
status sosial masing-masing, dia melakukan kejahatan untuk menghasilkan banyak
uang demi membuat Daisy terkesan, dan materialisme berlebihan menjadi ciri gaya
hidupnya.
Selain itu, tempat dan
objek dalam The Great Gatsby memiliki
makna hanya karena karakter menanamkan makna pada hal tersebut: penglihatan
Dokter T.J. Eckleburg merupakan contoh terbaik dari gagasa ini. dalam pikiran
Nick, kemampuan untuk menciptakan simbol yang bermakna merupakan komponen utama
dari mimpi Amerika, karena orang Amerika awal mendirikan negara baru mereka
dengan cita-cita dan nilai-nilai mereka sendiri. Nick membandingkan sebagian besar
Amerika yang hijau naik dari lautan dengan lampu hijau di ujung dermaga miliki
Daisy.
Sama seperti orang
Amerika yang telah memberi Amerika arti melalui mimpi tentang hidup mereka,
Gatsby menanamkan semacam kesempurnaan ideal yang sebenarnya tidak dimiliki
oleh Daisy. Impian Gatsby dihancurkan oleh kenyataan objek yang sebenarnya,
seperti halnya mimpi Amerika di tahun 1920-an dihancurkan oleh objeknya yang
tidak sempurna – uang dan kesenangan. Seperti orang Amerika tahun 1920an pada
umumnya, tanpa hasil mencari sisa masa lalu yang memberi arti pada impian
mereka, Gatsby berhasrat untuk menciptakan kembali masa lalunya yang hilang-
wkatu bersama Daisy di Louisville- tetapi tidak dapat terwujud. Ketika mimpinya
hancur, yang tersisa untuk dilakukan Gatsby hanyalah mati; dan yang mampu
dilakukan Nick adalah kembali ke Minnesota, di mana nilai-nilai Amerika belum
menghilang.
LATAR
SEJARAH
Gatsby
dan Era Jazz
The
Great Gatsby berlatar belakang New York City tahun
1920an, masa yang dikenal sebagai “Roaring Twenties” yang melambangkan sebuah
perkembangan pesat dalam budaya dan teknologi. Itu adalah satu dekade kekayaan
luar biasa di Amerika Serikat setelah kemangan perang Dunia Pertama, dan
karakter kelas atas Gatsby mencontohkan hedonisme pada zaman itu. Fitzgerald
mengeksplorasi perkembangan dalam Roaring Twenties, termasuk kelahiran Jazz,
gerakan hak perempuan, kesejahteraan ekonomi, dan perkembangan pesat kota
Manhattan sebagai sebagai kota kosmopolitan. Dia menyebutkan bahwa banyak
teknologi baru yang populer pada masa itu seperti automobile, radio, film, dan
serta semakin berkembangnya pengaruh pasar keuangan di New York. Beberapa
karakter (termasuk Gatsby dan Nick) turut serta dalam perang, periode tidak
stabil yang menjadikan negara ini sebagai pemimpin ekonomi global, dan
kemewahan yang tak henti-hentinya ditunjukkan oleh karakter tersebut mewakilkan
selera negara itu yang terobsesi akan barang-barang konsumsi selama periode
tersebut.
Tapi novel ini tidak
hanya membuat catatan tentang waktu: tema tentang ambisi dan ketidaksetaraan
yang diangkat oleh Fitzgerald mencerminkan ketidakstabilan era tersebut, yang
berakhir dengan bencana di Great Depression. Pemahamannya tentang apa yang sering
disebut sebagai periode kesmbronoan yang dangkal membuat novel ini menjadi
lambang abadi zaman tersebut.
Dekade 1920an juga
sering disebut sebagai Era Jazz, masa ketika musisi seperti Jelly Roll Morton,
Count Basie, dan Louis Armstrong membawa musik jazz ke khalayak umum. Musisi
Jazz hampir selalu berkulit hitam, dan popularitas mereka membawa konsekuensi
politik yang kompleks karena tahun 1920an Amerika masih sangat terbelah.
Sebagian besar masyarakat Amerika Serikat hidup di bawah hukum Jim Crow, serangkaian
undang-undang dan kode sosial yang memaksa orang kulit hitam Amerika untuk
hidup, bekerja, dan belajar secara terpisah dari kulit putih.
The
Great Gatsby mencerminkan sikap rasis dan kecemasan
yang terjadi saat itu. karakter kulit putih yang kaya mendengarkan musik jazz
namun tidak bersosialisasi dengan warga kulit hitam New York, dan, di bagian
yang sangat menganggu, Nick menunjukkan sikap heran sekaligus mengejek saat
melihat mobil mewah dengan penumpang kulit hitam dikemudikan oleh sopir kulit putih.
Tom mengagumi sebuah buku berjudul The Rise of the Colored Empires, sebuah
versi fiksi dari penerbit kulit putih yang diterbitkan pada tahun 1920. Jim
Croe tidak secara ekplisit dibahas dalam novel, karena bagi banyak orang kulit
putih Amerika, itu adalah suatu keadaan yang layak diterima.
Tahun 1920an juga
merupakan era perubahan politik bagi perempuan, yang paling signifikan dalam
pengesahan Amandemen ke-19, yang memberi perempuan hak untuk memilih. Perempuan
juga semakin banyak mendapatkan pekerjaan- tren yang semakin meningkat selama
Perdang Dunia II, ketika banyak laki-laki yang harus meninggalkan pabrik untuk
beperang.
Karakter perempuan
dalan novel bersikap berbeda dari norma gender pada zaman mereka. Daisy
mengungkapkan kekecewaannya karena anaknya perempuan, dengan mengatakan bahwa keuntungan
yang hanya dimiliki anaknya adalah “seorang anak kecil yang cantik,”
menunjukkan betapa terbatasnya pilihan bagi perempuan di dunia. Jordan mewakili
perempuan yang lebih modern, pemain golf profesional yang belum menikah dan
tidak memiliki anak, tetapi dia dicemooh oleh karakter pria karena
kemandiriannya itu, seperti ketika Tom berkata, “mereka tidak boleh membiarkan
perempuan seperti Jordan berkeliaran di negara ini.” Kedua perempuan ini sangat
istimewa, dan kekuatan yang mereka miliki setidaknya sebagian besar berasal
dari status kelas atas mereka. Myrtle, nyonya Tom, adalah satu-satunya
perempuan kelas pekerja yang dibahas panjang lebar, dan dia digambarkan sangat
bergantung pada suami dan kekasihnya. Fitzgerald menyajikan gambaran ketiga
perempuan itu sebagai yang ambisius tetapi manja dan bodoh dengan cara yang
berbeda, dan di tidak menunjukkan keterlibatan ketiganya dengan iklim politik
hak pilih yang sedang hangatnya saat itu.
Tahun 1920an juga dikenal
sebagai masa kejayaan Larangan, periode ketika produksi, transportasi, atau
penjualan alkohol dilarang setelah amandemen ke-18. Sementara Larangan
bertujuan untuk menyinkirkan negera dari penyakit sosial yang disebabkan oleh
konsumsi alkohol, sebagian masyarakat berhasi melakukan distribusi dan
penjualan minuman keras dengan jalur bawah tanah. Pembuatan dan penjualan
alkohol secara ilegal- kejahatan yang dikenal sebagai bootlegging- tersebar di
seluruh negeri, dan memberikan keuntungan yang besar bagi sindikat kejahatan
teorganisir, seperti mafia yang bergabung dengan Gatsbu dalam usahanya untuk memperoleh
banyak kekayaan. Al Ccpone, seorang maifa yang diduga menghasilak beberapa juta
dolar dalam setahun dari keterlibatannya dalam penyeludupan, dianggap oleh
beberapa kritikus sebagai inspirasi dari tokoh Gatsby karena latar kehidupannya
dari yang sederhana hingga menjadi sangat kaya. Larangan itu kemudian menjadi
tidak lagi pMopuler selama masa Great Depression, ketika dianggap membatasi
sumber potensial kerja dan pendapatan pemerintah, dan Amandemen ke-18 dicabut
pada tahun 1933.
Ffitzgerald menyajikan
ide-ide yang saling bertentangan tentang kemungkinan perubahan sosial di
Amerika dalam hal ras, gender, dan kelas. Keberhasilan Gatsby menunjukkan bahwa
orang-orang di tahun 1920-an berpotensi memperoleh kemandirian, hak-hak, dan
potensi diri yang luar biasa, meskipun The
Great Gatsby tidak menawarkan model hukum untuk mobilitas kNGBGRF3y8112ertjk;las
dan kesusksesan Gatsby yang diraihnya sendiri sebagian besar merupakan
kebetulan saja dan keberuntungan. Demikian pula kelas atas tampak terisolasi
dari kegiatan masyarakat kelas bawah. Daisy dan Tom, yang lahir di kalangan
elit kaya, tidak mendapatkan kerugian di akhir novel meskipun mereka melakukan
tindakan keriminal dan moralitas yang salah. Hanya Gatsby, Myrtle, dan George
Wilson- karakter yang lahir dari kalangan miskin- yang menderita.
Namun, bagi pembaca
modern, momok dari Great Crash di Wall Street yang akan datang hadir dalam
novel sebagai ancaman bagi karakter kaya. Tom, Daisy, dan Jordan tidak tahu
tentang pergolakan ekonomi dahsyat yang menunggu mereka, sama seperti
Fitzgerald yang menulis novel di tahun 1925, tidak dapat memperkirakan Roaring
Twenties akan behenti hanya empat tahun kemudian, karena kondisi Era Jazz
memberi jalan pada kondisi ekonomi yang suram di Great Depression.
KONTEKS KESUSASTERAAN
Modernisme
dan Materialisme dalam The Great Gatsby
Dalam The Great Gatsby, Fitzgerald memadukan
simbolisme intens dan bahasa kiasan modernisme dengan kepercayaan sosial dan
psikologis realisme. Realisme adalah gerakan sastra yang berasal dari
pertengahan abad ke sembilan belas. Realisme berupaya untuk menggambarkan dunia
dan orang-orang sebagaimana adanya. Penulis realis menggunakan detail spesifik
dan karakter yang kompleks dan dapat dipercaya untuk memberikan wawasan tentang
sifat manusia dan masyarakat. Realisme hadir sebagai penantang Romantisisme,
aliran pemikiran sastra abad ke sembilan belas yang dominan di era sebelumnya,
yang menggambarkan dunia ideal yang dicirikan oleh emosi yang kuat.
Penulis realis George
Eliot, Henry James, dan Mark Twain menuliskan novel mereka dengan latar tempat
yang dapat dikenali, menggabungkan pengamatan akurat dan detil, dan lebih
tertarik pada karakter yang kompleks dan cacat daripada arketipe karakter pada
umumnya. Plot mereka sering memprioritaskan konflik emosional karakter daripada
peristiwa eksternal yang dramatis. Sementara semua realisme, baik yang berlatar
di rumah pedesaan atau di Missisippi, melibatkan komentar sosial, realisme
sosial secara khusus mengkritik masalah sosial atau politik- misalnya, Bleak
House karya Charles Dickens menyindir sistem hukum Inggris Victoria yang rumit.
Modernisme adalah
gerakan sastra dan seni yang dimulai pada tahun 1900-an, sebagai respon
terhadap perkembangan teknologi dan urbanisasi setelah Revolusi Industri. Seperti
realis, penulis modernis juga tertarik pada individu, pengalaman internal, dan
menggunakan teori ketidaksadaran untuk menggali kehidupan batin karakter
mereka. Tetapi kaum modernis juga tertarik pada eksperimen gaya bahasa,
menciptakan bentuk-bentuk sastra baru untuk mengeksplorasi kerusakan dalam
cara-cara komunikasi tradisional dan mempertanyakan hakikat realitas itu
sendiri. Pekerjaan mereka mengungkapkan keprihatinan tentang otomatisasi pada
pergantian abad, dan, kemudian, horor pada Perang Dunia I dan setelahnya.
Setelah perang,
beberapa penulis Amerika, termasuk Fitzgerald, pindah ke Paris dan mulai
bertemu di rumah penyair Gertrude Stein. Para penulis dari apa yang disebut “Generasi
yang Hilang” ini berusaha untuk mewakili perjuangan individu dalam menghadapi
kekacauan, anonimitas, dan efek mengasingkan dari modernitas. Di Ulysses, James
Joyce memasukkan kata-kata yang dibuat-buat dan referensi yang tidak jelas,
mewakili ketidakmungkinan untuk benar-benar memahami apa pun di dunia. Stream-of-consciousness,
bentuk naratif non-tradisional lainnya, yang dipopulerkan oleh Virginia Woolf
dalam Mrs. Dalloway dan To the Lighthouse, berusaha meniru sifat pemikiran
individu yang berkesinambungan dan tidak diedit.
Karena ia menulis di
puncak modernisme dan berinteraksi dengan pendukung gerakan terkenal seperti
Gertrude Stein, Fitzgerald paling sering dikenang sebagai modernis Amerika, dan
Gatsby memiliki banyak elemen modernis. Di akhir buku, Nick menyebutkan seorang
seniman El Greco, seorang pelukis abad ke-16 yang disebut “modernis pertama”
karena gaya lukisannya mendistorsi sosok dan warna retak memahami realitas
permukaan. Demikian pula, banyak deskripsi Gatsby- “blue-smoke” sebuah mawar
berdebu, dan debu yang bersinar, adalah distorsi puitis akan realitas. Karakterisasi
aktivitas, dan teknologi pada umumnya, sebagai suatu hal yang berbahaya namun
memikat juga mencerminkan kecemasan modernis tentang otomatisasi.
Pada saat yang sama,
Gatsby juga tidak sepenuhnya milik modernisme karena banyak atribut realis
seperti latar, detail, dan komentar sosial. Penggambaran satir Gatsby kepada
banyak karakter secara langsung mengkritik konsep mobilitas sosial Amerika, dan
novel ini secara keseluruhan dapat dibaca sebagai pemeriksaan terhadap janji
palsu America Dream. Pendekatan Fitzgerald karakter lebih realis daripada
modernis karena ia mengekplorasi bagaimana karakter berfungsi dalam lingkungan
sosial mereka, daripada konsentrasi sepenuhnya pada dunia batin satu atau dua
protagonis. Pada akhirnya, novel ini menggunakan kedua gaya dalam mengikuti
perintah modernis Erza Pound untuk “membuatnya baru.”
IDE POKOK
Apa
arti Lampu Hijau?
Salah satu gambar yang
paling berkesan di The Great Gatsby
adalah lampu hijau yang diamati Gatsby di seberang danau, yang melambangkan
cinta Gatsby pada Daisy, uang, dan American Dream. Kita pertama kali menemukan
lampu hijau di akhir bab 1, bahkan sebelum Nick bertem Gatsby, dan segera
memahaminya sebagai objek yang sulit dipahami dan kuat yang memiliki makan
simbolis yang besar bagi Gatsby. Karena lampu hijau menggantung di ujung
dermaga Daisy, dan Gatsby membeli rumahnya agar bisa melihatnya setiap malam,
lampu hijau paling jelas melambangkan cintanya yang tak tergoyahkan pada Daisy.
Ketika Gatsby
mengungkapkan pemikirannya tentang lampu hijau kepada Daisy di reunian mereka,
Nick memahami bahwa, “mungkin terpikir olehnya bahwa makna kolosal dari cahaya
itu sekarang telah lenyap selamanya... Jumlah benda ajaibnya telah berkurang
satu.” Bagi Gatsby, lampu hijau membuktikan bahwa dia dan Daisy berada di dunia
yang sama dan menyarankan kemungkinan bahwa suatu hari mereka akan bertemu
lagi. Dalam artian, simbol itu lebih penting bagi Gatsby daripada hal yang
disimbolkannya, dan Gatsbu akan berjuang, dan gagal, untuk mendamaikan mimpinya
dengan kenyataan selama sisa cerita.
Warna hijau secara
tradisional diasosiasikan dengan uang, dan lampu hijau juga melambangkan
kekayaan yang menurut Gatsby akan memungkinkannya memenangkan kembali hati
Daisy dari Tom. Tapi Gatsby mengabaikan perbedaan penting antara kekayaan dan
kelas yang dibuat oleh karakter lain dalam novel. Melalui bisnis ilegalnya,
Gatsby telah memperoleh kekayaan besar, tetapi dia masih dikucilkan dari kelas
atas oleh mereka yang lahir dalam kekayaan seperti Tom dan Daisy. Sementara hijau
adalah warna uang karena dihubungkan dengan mata uang kertas Amerika, menarik
untuk dicatat bahwa Daisy justru dikaitkan dengan emas dan perak, bentuk mata
uang yang lebih stabil dan bertahan lama. Daisy digambarkan sebagai “gadis emas”,
dan berkilau seperti perak, aman di atas perjuangan keras orang miskin.” Dalam pengertian
ini, lampu hijau mewakili jenis uang yang tersedia untuk seseorang seperti
Gatsby yang bersedia melakukan apa saja untuk mencapainya, sementara kekayaan
warisan Daisy dan Tom, terkait dengan status kelas mereka, tetap di luar
jangkauannya.
Dalam artian yang lebih
besar, lampu hijau mewakili American Dream. The American Dream adalah gagasan
bahwa seseorang dari latar belakang kelas bawah dapat bekerja keras dan naik
dalam tangga sosial karena masyarakat Amerika secara historis memiliki
mobilitas kelas yang lebih banyak daripada negara lain.. novel ini
mengeksplorasi apakah janji American Dream benar adanya. Di permukaan, Gatsby
tampaknya telah mencapai American Dream, karena ia telah berhasil bepindah dari
latar belakang kelas bawah ke eselpn tertinggi masyarakat New York, sepenuhnya
melalui penemuan dirinya sendiri. Namun, pada kenyataannya, Gatsby
menggambarkan kekosongan American Dream, bahkan setelah dia mencapai tujuan
ini, dia masih tidak dapat memiliki Daisy, yang mewakili latar belakang elit
tradisional. Tom secara terus-menerus mengolok-olok Gatsby karena latar
kehidupannya yang sederhana, menyebutnya sebagai “penipu yang harus mencuri
cincin untuk dikenakannya pada jari Daisy.” Ini tidak hanya menyiratkan bahwa
Impian Amerika pada akhirnya tidak terwujud, tetapi juga menunjukkan bahwa
terlepas dari ilusi mobilitas sosial, orang-orang dari kelas bawah tidak akan
pernah sepenuhnya diterima oleh mereka yang dilahirkan dalam kekayaan.
Bahwa American Dream
tidak mungkin tercapai seperti lampu hijau yang berada di ujung dermaga
dibuktikan dengan kecelakaan mobil yang menjadi klimaks dari novel tersebut.
akibat kecelakaan itu, tiga karakter dari latar belakang kelas bawah (Gatsby,
Myrtle, dan George) mati, sedangkan karakter kelas atas Nick, Daisy, Tom, dan
Jordan masih hidup. Tom dan Daisy yang dilahirkan dengan privilese, terhindar
dari konsekuensi negatif dari tindakan mereka. Di sini, kritik Fitzgerald akan
American Dream mencapai puncaknya, karena ia menyiratkan bahwa meskipun
orang-orang kelas pekerja dapat bergaul dengan kelas ata, mereka pada akhirnya
akan dikucilkan, sementara kelas atas akan tetap mempertahankan dominasi mereka
sendiri. Di akhir novel, Fitzgerald menulis, ‘Gatsby percaya pada lampu hijau,
masa depan yang dari tahun demi tahun akan menghilang dihadapan kita. Hal itu
akan menjauhi kita, tapi itu tak masalah- besok kita akan berlari lebih cepat,
merentangkan tangan kita lebih lebat.” Deskripsi ini menunjukkan bahwa kualitas
terpenting dari American Dream adalah ketidakterjangkauannya” mimpi bukanlah
kenyataan.
Comments
Post a Comment