Analisis Novel Sense and Sensibility

Memahami Sense and Sensibility

Diterjemahkan dari Sparknotes


ANALISIS DAN TEMA

Dikotomi antara ‘sense’ atau indera dan ‘sensibility’ atau sensibilitas adalah salah satu bahan analisis yan paling sering dilakukan terhadap novel ini. Perbedaan ini paling jelas ditunjukkan oleh dua karakter utama dalam novel, Elinor dan Marianne Dashwood. Dari dikotomi dari sisi psikologi ini, Elinor, sang kakak perempuan, mewakili kualitas “sense”: rasional, pengendalian diri, tanggung jawab sosial, dan kepedulian akan kesejahteraan orang lain. Sebaliknya, Marianne, adik perempuannya, mewakili kualitas “sensibility”: emosional, spontanitas, impulsif, dan sikap abai. Sementara Elinor menyembunyikan perasaannya pada Edward Ferrars, Marianne justru secara blak-blakan tanpa malu-malu menyatakan rasa sukannya kepada John Willoughby. Sikap berbeda terhadap pria yang mereka cintai, dan cara mengekpresikan cinta itu, mencerminkan temperamen mereka yang berlawanan.

Dikotomi antara “sense”dan “sensibility” ini juga memiliki hubungan dengan budaya dan sejarah. Austen menulis novel ini sekitar pergantian abad ke delapan belas, di masa jaya antara dua gerakan budaya: Klasisme dan Romantisisme. Elinor mewakili ciri-ciri yang terkait dengan neo-klasisme, yakni rasionalitas, pengetahuan, penilaian, moderasi, dan keseimbangan. Dia tidak pernah melupakan kesopanan, kepraktisan ekonomi, dan pertimbangan, seperti ketika dia mengingatkan Marianne bahwa ibu mereka tidak akan mampu membeli kuda peliharaan atau tidak sopan bagi Marianne untuk pergi sendirian dengan Willoughby ke Allenham. Pada masa klasik dan pencerahan lah novel pertama kali diakui sebagai genre sastra: dengan demikian, melalui karakter Elinor, Austen memberi isyarat kepada para pendahulunya dan mengakui pengaruh mereka kepada generasi berikutnya. Sebaliknya, Marianne mewakili ciri-ciri yang terkait dengan “sensibilitas”, yang menunjukkan romansa, imajinasi, idealisme, reaksi berlebihan, dan penghargaan yang tiggi terhadap alam. Marianne menangis secara dramatis ketika keluarganya harus meninggalkan “Norland tercinta” dan rela memberikan seikat rambutnya kepada kekasihnya. Sifat Marianne Austen mengingatkan kita pada sosok Wordsworth, Coleridge, dan Wlater Scott, tokoh-tokoh dari Sastra Romantis Inggris. Penggambaran Austen tentang Elinor dan Marianne dengan demikian mencerminkan lanskap sastra yang berubah yang menjadi latar hidupnya sebagai penulis.

Namun, novel ini tidak bisa begitu saja dipahami hanya sebagai studi tentang perbedaan. Elinor, meskipun mewakili “sense”atau rasionalitas, tidak kehilangan hasratnya, dan Marianne, meskipun mewakili “sensibility” atau hasrat, tidak selalu bodoh dan keras kepala. Antitesis Austen tidak mewakili epigramatik atau sindiran, melainkan sebuah titik awal untuk sebuah dialog. Meskipun Austen terkenal karena menyindir “kultus sensibilitas”, dalam novel ini dia tampaknya tidak menolak sensibilitas tetapi untuk menciptakan keseimbangan antara akal dan gairah. Putusnya hubungan antara Fanny dan Dashwood dengan brutal menjelang akhir novel menunjukkan bahwa terlalu sedikit gairah sama berbahayanya dengan terlalu banyak gairah. Baik Elinor dan Marianne menemukan kebahagiaan di akhir novel, tetapi mereka mendapatkannya setelah belajar dari satu sama lain: bersama-sama mereka belajar bagaimana mengeskpresikan perasaan dengan sepenuhnya sembari belajar mempertahankan martabat dan pengendalian diri mereka. keberhasilan novel ini bukanlah hasil dari kemenangan sense atas sensibilitas atau perbedaan mereka: melainkan, kita belajar bahwa Sense dan Sensibility harus digabungkan agar kehidupan dapat berjalan dengan baik.


ESAI PENDEK

Rahasia dan penyembunyian adalah tema yang penting dalam Sense and Sensibility. Keterikatan yang terbentuk antara laki-laki dan perempuan dalam novel biasanya dimulai secara rahasia dan baru kemudian diketahui publik. Misalnya, Lucy dan Edward telah bertunangan selama empat tahun sebelum kakak perempuan Lucy secara tidak sengaja membeberkan berita ini ke publik, dan Kolonel Brandon diam-diam jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Eliza Williams sebelumnya sang ayah mengetahui hubungan tersebut. hubungan Marianne dengan Willoughby tetap menjadi misteri karena Marianne tidak memberitahukan detial apapun kepada ibu atau kakak perempuannya. Dan terakhir Elinor menyembunyikan perasaannya terhadap Edward dibalik sikap dingin dan tenangnya. Terkadang, peyembunyian ini dapat dimaklumi demi menghindari gosip, seperti Mr. Jennings yang senang bercerita tentang orang lain: mempublikasikan hubungan berarti memberikan orang ruang untuk berkomentar pedas. Namun, pada akhirnya semua rahasia itu terbongkar baik disengaja maupun tidak. Pengungkapan yang tidak disengaja adalah yang paling menyakitkan, sebagaimana ketika Marianne mengetahui perasaan Willoughby kepada Sophia Grey, dan Elinor mengetahui pertunangan antara Edward dan Lucy. Pergantian penting plot dalam novel terjadi selama momen-momen tersebut; dengan demikian, mengikuti dan menganalisis plot adalah juga mengikuti adegan-adegan pengungkapan ini. Oleh karena itu, novel Austen dapat dilihat sebagai perenungan antara manfaat dan kerugian sebuah kerahasiaan dalam hubungan yang intim.

Edisi pertama Sense and Sensibility dikatakan hanya ditulis “oleh seorang wanita”. Edisi kedua juga masih anonim, pada halaman judul tulisan di katakan “oleh penulis Pride and Prejudice,” yang diterbitkan pada Januari 1813 (meskipun Austen juga tidak dicantumkan pada halaman judul novel ini). Hanya keluarga dekat Austen yang mengetahui kepengarangannya atas novel-novel ini. Dan meskipun penerbitannya secara anonim mencegahnya memperoleh reputasi sebagai penulis, hal itu juga memungkinkannya untuk menjaga privasi saat memasuki ruang publik yang saat itu dikaitkan dengan hilangnya femininitas, perlakuan tercela. Memang, Austen biasa menulis di ruang tamu rumahnya, dan ketika pintu berderik saat pengunjung mendekat; dia akan segera menyembunyikan naskahnya sebelum mereka masuk. Austen mungkin menginginkan anonimitas bukan hanya karena jenis kelaminnya dan keinginan untuk privasi, tetapi karena suasana penindasan yang terjadi pada zamannya: novel pertamanya Sense and Sensibility bertepatan dengan diselenggaraknnya pengadilan akan penghianatan Thomas Hardy dan ketatnya sensor yang dilakukan pemerintah pada berlangsungnya Perang Napoleon. Namun orang harus mempertimbangkan: bila dia memilih untuk diketahui, mungkin dia akan memberikan jalan yang lebih mudah kepada novelis perempuan lain untuk diterima dalam dunia penerbitan: buku-bukunya menunjukkan bahwa perempuan juga cerdas, jenaka, dan berwawasan luas seperti halnya laki-laki. Pembaca perempuan pun mungkin akan mendapatkan kepercayaan diri untuk membaca karya wanita berbakat ini. selain itu, mungkin beberapa pembaca akan lebih menghargai komentar sosial Austen yang menggigit ini jika mereka tahu bahwa itu adalah sudut pandang perempuan; suara perempuan jarang terdengar, dan Austen memberikan akses langsung kepada dunia dan pemikiran perempuan.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Novel Emma

Analisis Novel The Secret Garden

Analisis Novel Breakfast at Tiffany's