Analisis Novel Mansfield Park

 Memahami Mansfield Park

Diterjemahkan dari Sparknotes

Analysis

Mansfield Park bisa dikatakan adalah novel sangat rumit, bahkan mengikuti standar Jane Austen, yang kerap menciptakan karakter dan situasi kompleks yang tidak biasa dalam novel-novelnya. Seperti tulisan Austen lainnya, novel ini berkisah tentang seorang wanita muda yang berusaha menemukan tempatnya dalam tatanan sosial masyarakat. Fanny berasal dari keluarga miskin tetapi dibesarkan oleh bibi dan pamannya yang kaya. Dia adalah gambaran anak yatim di novel Victoria Akhir yang berpisah dengan orang tuanya, yang tidak menentukan status sosialnya. Seperti tokoh utama perempuan Austen lainnya, Fanny akan, kurang lebih, menentukan statusnya dengan menikah. Karena wanita tidak bisa bekerja, pernikahan adalah satu-satunya cara, pada abad kesembilan belas, untuk naik turun tangga sosial. Ibu Fanny telah berada di status sosial bawah karena pernikahannya dengan seorang pelaut yang ternyata pemabuk; bibinya Lady Bertram dan sepupunya Maria, di sisi lain, cukup berhasil memiliki kehidupan yang baik karena menikah. Bila pernikahan orang lain didasarkan pada kecantikan dan relasi keluarga, Fanny justru mendapatkan pasangan berdasarkan kepribadiannya. Kebajikan pasti dihargai di dunia ini, dan itu adalah penentu utama dari takdir seorang individu.

Mansfield Park membahasa lebih dari sekedar tatanan sosial. Sebagian ceritanya mengangkat tentang perdebatan lama, apakah “nature”-sifat bawaan seseorang- atau “nurture” lingkungan di mana seseorang dibesarkan- adalah faktor penentu kepribadian karakter seseorang. Fanny dan saudara-saudaranya, serta Mary dan Henry Crawford, adalah karakter ambigu dalam hal ini; mereka semua dibesarkan dalam rumah tangga yang berbeda-beda, dan tak pernah jelas apakah kepribadiaan alamiah atau lingkungan pengasuhan yang mendasari kepribadian mereka. Ide tentang pendidikan juga menjadi bagian dari perdebatan ini: dapatkah orang berubah? Jelas, pada akhir novel, baik Sir Thomas dan Edmund telah belajar tentang sesuatu, dan peran yang dimainkan Edmund dalam membentuk pola pikir Fanny menunjukkan kapasitas individu yang dapat berubah menjadi lebih baik. Yang lain, seperti Maria dan Henry, sepertinya tidak pernah belajar. Lingkungan perkotaan dan pedesaan digunakan sebagai latar belakang perdebatan ini, dengan sugesti yang dibuat bahwa kehidupan kota menampilkan nilai-nilai yang buruk dan menghambat perkembangan moral seseorang, sementara bertumbuh di pedesaan menghadapkan seseorang pada semua hal baik.

Hal ini mungkin disebabkan oleh kehidupan perkotaan yang penuh dengan korupsi. Ini adalah novel Jane Austen yang paling kental akan kesadaran sosialnya. Thomas tidak hadir selama sepertiga cerita novel, ia mengurus bisnisnya di Karibia. Dia adalah seorang pemilik budak, dan fakta ini diperjelas ketika Fanny bertanya padanya tentang perdagangan budak. Saat dia pergi, keluarga menjadi hilang kendali, dan ini menunjukkan perlunya otoritas ayah, juga sekaligus menyiratkan bahwa urusannya – perdagagan manusia- adalah kewajiban moral. Secara umum, Austen sesungguhnya sangat menyadari dunia di sekitarnya dalam novel ini. Dia menggambarkan kemiskinan perkotaan melalui rumah orang tua Fanny, dan dia menggunakan rubrik gosip dan bentuk media modern lainnya untuk mengembangkan plotnya. Ini juga merupakan novel Austena yang paling kental akan isu kesadaran seksualitasnya, beberapa simbol freudian ditunjukkan dalam beberapa adegan, di mana Maria meremas gerbang di Sotherton dan adegan di mana Fanny meletakkan liontin salib kuning yang diberikan kakaknya di rantai. Persalinan Mrs. Prince yang dramatis dan maskulinitas Maria juga menunjukkan sesksualitas secara blak-blakan untuk novel yang ditulis pada tahun 1810-an.

Seksualitas menjadi hal penting yang baru di dunia modern yang penuh dengan emosi dan kepura-puraan. Seksualitas itu sendiri pun bahkan dapat dipentaskan di atas panggung, sebagai sebuah sandiwara yang coba ditampilkan oleh sebuah kelompok. Dalam dunia mobilitas yang cepat, di mana orang berpindah dari Bath ke London ke Pedesaan setiap beberapa bulan, sangat mustahil untuk mengetahui karakter seseorang yang sebenarnya; kepribadian mereka sesungguhnya terjadi di luar pandangan kita. Dengan demikian kejujuran menjadi hal yang sangat penting. Kemungkinan bahwa seseorang mungkin berpura-pura tentang kepribadiannya untuk mendapatkan sesuatu- benar-benar menjadi ancaman ketika mereka memutuskan untuk menikah. Penyangkalan Fanny dan sifat menarik dirinya tidak hanya cocok untuk seorang wanita muda, tetapi juga pertahanan yang sangat baik. Tekanan dari dunia modern dan ketidakpastiaan yang menyertainnya membuat Fanny dan Edmund, dua karakter novel yang paling rapuh, mengambil semacam tindakan melankolis; mereka tampak lelah dengan dunia. Melankolis akan menjadi konsep penting bagi orang-orang Victoria. Namun juga dianggap agak berbahaya. Dibimbing oleh sifat melankolia, di satu sisi, dapat menyebabkan tindakan yang salah; di sisi lain, justru menunjukkan kehati-hati, sebuah situasi aman. Fanny dengan persepsinya yang tajam dan keyakinannya pada kemampuannya untuk memutuskan bagaimana harus bersikap, adalah seorang tokoh perempuan yang ideal, meskipun aneh.

Akhirnya, dalam penolakannya untuk menutup cerita dengan jelas- novel berakhir dengan pernikahan, tetapi kita tidak dapat melihat apa pun tentang kehidupan pernikahan sesusahnya – Mansfield Park mengisyaratkan ambiguitas penting dari pengetahun. Austen tidak bisa memberikan penjelasan lengkap tentang seluruh hidup Edmund dan Fanny, jadi dia membiarkan segalanya menggantung. Di sisi lain, pernikahan telah memperbaiki status sosial Fanny, dan dia bukan lagi seorang lajang, jadi Mansfield Park telah mencapai dua tujuan utamanya untuk sebuha novel di abad ke sembilan belas. Terlepas dari ambiguitasnya hampir pada semua hal, novel Austen bersifat revolusioner.

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Novel Emma

Analisis Novel The Secret Garden

Analisis Novel Breakfast at Tiffany's