Melakukan Penelitan Sastra (2)

 Teori dalam Penelitian Sastra


Teori adalah Alat dan Resep dalam Penelitian Sastra

Jika diibaratkan dengan pembuatan kue, maka dalam penelitian sastra teori adalah alat dan resepnya. Sedangkan objek penelitian, karya fiksi, adalah bahan. Nah setelah kita memilih bahan, kita perlu mempelajari resep dan alat apa saja yang kita butuhkan untuk mengolahnya. Tentu saja untuk membuat sebuah kue yang enak kita perlu kemampuan yang baik untuk menggunakan dengan benar semua yang kita punya; bahan, alat dan resepnya.

Nah, pada tulisan sebelumnya saya membahas tentang strategi-strategi memilih objek penelitian, baik berupa novel, puisi maupun drama. Objek yang telah kita pilih tersebut didiamkan dulu untuk sementara, mari kita membahas perihal eksistensi teori dalam penelitian sastra.

Sebagai mahasiswa sastra tentu dosen-dosen sudah menyajikan beberapa teori yang harus kita pelajari. Ada banyak macam teori di luar sana. Misal feminisme, poskolonialisme, strukturalisme genetik, travel writing dll. Tiap teori memiliki alat dan resepnya masing-masing dalam mengolah si objek atau bahan yang kita punya.

Contohnya, teori feminisme menyediakan alat analisis gender, yaitu cara kita melihat bagaimana sosok perempuan dan laki-laki ditampilkan oleh penulis dalam novel. Dengan gender kita juga melihat bagaiamana hubungan yang terjalin antara tokoh perempuan dan laki-laki, apakah sifatnya toxic atau saling mendukung. Pada dasarnya fungsi teori dalam penelitian sastra adalah kaca mata untuk membaca dengan baik isu-isu yang ditampilkan oleh karya sastra melalui tema cerita, karakter, alur, setting dll.

Perlu diketahui bahwa karya sastra itu adalah cerminan dari kenyataan sosial yang ada atau ekspresi pengarang akan kenyataan sosialnya. Sama seperti ilmu sosial lainnya, fenomena-fenomena kehidupan tokoh dalam karya sastra adalah suatu hal yang penting untuk dipelajari.

Strategi Memahami Teori

Dalam mempelajari teori sastra ada beberapa strategi yang saya lakukan. Pertama, saya mengetahui dulu defenisi dari teori tersebut. Kedua, saya mempelajari genealogi teori tersebut atau asal usul teori tersebut; konteks sejarah lahirnya teori tersebut. Ketiga, saya mempelajari konsep-konsep yang ditawarkan oleh teori tersebut. Keempat, mempelajari referensi-referensi dalam teori tersebut.

Okay, mari kita uraikan lebih rinci maksud dari kelima hal di atas.

Mengetahui defenisi dari teori sama artinya dengan memahami pengertian dari terminologi yang digunakan, misalnya feminisme adalah ilmu yang mempelajari posisi perempuan dalam masyarakat. Setiap terminologi teori pasti memiliki pengertiannya.

Mempelajari genealogi teori berarti mempelajari sejarah lahirnya teori tersebut. yang termasuk di dalamnya yaitu; latar belakang pencetus teori, latar sosial lahirnya teori, kejadian-kejadian atau gagasan-gagasan yang memicu lahirnya teori tersebut.

Memahami konsep-konsep dalam teori. Setiap teori menawarkan beberapa konsep yang perlu diketahui untuk bisa memahami teori secara utuh. Misalnya, dalam teori feminisme, terdapat konsep gender, feminitas, maskulinitas, patriarki, inferioritas, dll.

Mempelajari referensi teori maksudnya adalah dalam setiap teori memiliki kaitan dengan teori lainnya, bisa jadi satu teori menjadi pelengkap teori lain, bisa juga suatu teori adalah hasil dari pertentangan teori lainnya. Dalam satu teori juga bisa dicetuskan oleh beberapa tokoh. Dalam teori yang sama, ada beragam konsep yang ditawarkan oleh tokoh yang berbeda. Hal-hal tersebut perlu kita ketahui untuk memperkuat pemahaman kita tentang teori yang kita pilih.

Okay. Pada postingan selanjutnya kita akan membahas bagaimana teori itu diaplikasikan dalam karya sastra. See you. 

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Novel Emma

Analisis Novel The Secret Garden

Analisis Novel Breakfast at Tiffany's